PMII Tidak Pernah Mengkhianati NU

 On Rabu, November 26, 2014  

Oleh Zakariya Masduki

Sebagai kader, saya menghargai pendapat para tetua, para masyayikh, dan para kyai yang berafiliasi di tubuh NU dan menggagas reunifikasi PMII ke Tubuh NU.
Namun, apa sebenarnya yang diinginkan oleh "orang tua" bagi anaknya yang selama ini telah melakukan perjuangan dengan ciri bendera bintang sembilan, 54 tahun dan itu masih dilaksanakan. Dari apa yang dihasilkan oleh Munas-Konbes NU, seolah tidak menunjukkan posisinya sebagai orang-tua, malah "memaksakan" kehendak untuk menganulir organisasi yang telah independen.
Seperti yang telah disebutkan, pada dasarnya PMII tetaplah bagian dari NU dengan adanya jalinan interdependensi, jika ada pemahaman Islam Indonesia atau strategi dalam menggalang kemaslahatan majemuk, sudah cukup dengan mengajak PMII untuk berbagi. Selama ini PMII tidak pernah mengkhianati NU, mengapa NU bersikap demikian terhadap PMII. Dahulu, PMII menyatakan independen dari NU karena "kesalahan" NU menjadi partai politik. Saat NU kembali ke khittah 1926, PMII telah menyatakan islah dengan interdependensi. Hal ini dimaksudkan agar PMII dapat berjuang bebas aktif dalam wilayahya sebagai mahasiswa.
Apa juga yang ditawarkan NU untuk PMII, sebatas menjadi bagian dari Banom tidak akan memberikan kontribusi apa-apa karena di dalam tubuh NU sendiri, saat ini, tak lebih hanyalah pertarungan penguasaan basis massa NU yang berjumlah sekian juta. Seharusnya NU berbenah ke dalam dirinya sendiri, bukan malah mengurusi kooptasi "anak organisasi" yang sudah mandiri. Coba lebih diurusi, masalah umat yang telah banyak digerogoti. Jangan hanya menuding ideologi Islam transnasional, jika ternyata kaderisasi NU sendiri tidak berupaya meningkatkan kualitas pengurus, anggota, hingga membawa kebaikan sebagai umat yang satu. Mengapa harus pusing-pusing mengurusi kembali masalah yang telah selesai di masa lalu. Apakah NU menjamin, di dalam tubuh NU semuanya memahami apa itu NU.
Ultimatum NU juga tidak mencerminkan pemeliharaan, karena pro-kontra terhadap wacana apalagi jika terjadi reunifikasi PMII ke dalam NU dapat memicu "perpecahan" di dala PMII sendiri dan di dalam Banom NU. Ketika sudah kembali ke tubuh NU, sudikah kiranya bagi IPNU/IPPNU untuk masuk ke dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), karena notabene-nya PMII adalah organisasi mahasiswa, namun IPNU/IPPNU pengurusnya juga dari kalangan Mahasiswa. Apalagi jika NU membentuk organisasi mahasisw baru, kemudian apa peran dan fungsi Banom IPNU/IPPNU, anak sekolah tidak akan mampu memikul beban kepengurusan secara nasional.
Kiranya mohon kebijaksanaan NU, bahwa upaya itu tak lebih maslahat saat dilaksanakan. Ada kesan politisasi, dan NU tidak menjadi organisasi agama yang mandiri. Selama NU, hanya PMII yang aktif melakukan demonstrasi, satu semangat yang tabu bagi kultur santri kepada "kyai". Kalau NU sedikit/banyak mendukung FPI, mengapa tidak demikian kepada PMII. Silakan kritisi kami, dan kami akan berbenah dengan cara yang dipahami dan dialami mahasiswa dengan semangat idealismenya. PMII juga senantiasa berbenah, mengawal, dan mendukung NKRI. Pancasila adalah harga mati ideologi, dan PMII bergerak di dalam pergerakannya berupaya untuk tidak apriori.
Kiranya komentar ini menjadi "istikhoroh" untuk NU terhadap PMII.
Wallaahul Muwaffiq Ilaa Aqwaamith Thariiq | 25 November 2014, dikutip dari Grup facebook: Jaringan Alumni Muda PMII
PMII Tidak Pernah Mengkhianati NU 4.5 5 Kitab Maop Rabu, November 26, 2014 Oleh  Zakariya Masduki Sebagai kader, saya menghargai pendapat para tetua, para masyayikh, dan para kyai yang berafiliasi di tubuh NU dan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar